Senin, 13 Juni 2011

Alasan Di Balik Pentingnya Belajar Bahasa Inggris

Sudah lama penguasaan bahasa Inggris menjadi pengetahuan yang perlu dipelajari oleh orang Indonesia. Mulai dari tahun 60’an hingga sekarang, pelajaran bahasa Inggris menjadi subyek yang tidak kalah gengsinya dari pelajaran lain seperti Matematika dan IPA. Besarnya kebutuhan untuk belajar bahasa Inggris telah membuat pengetahuan ini menjadi sebuah komoditas bisnis tersendiri. Lembaga pengajaran bahasa Inggris swasta pun bermunculan seperti LIA, Jakarta College, Oxford, BBC, IEC, EF, TBI dan lain-lainnya. Orang tua kemudian seperti berlomba-lomba untuk mengirimkan anak mereka untuk mengikuti kursus di salah satu lembaga pengajaran bahasa Inggris yang sudah disebutkan di atas. Jika dulu anak Indonesia baru mempelajari bahasa Inggris pada tingkat SMA, sekarang mereka memulainya pada tingkat yang lebih dini, SD, dan kalau perlu TK.

Oleh karena orang Indonesia masih menganut budaya Timur yang agak totok, anak tidak boleh protes apabila diharuskan ayah ibunya untuk mempelajari bahasa Inggris. Lucunya, banyak orang tua yang mengharuskan anaknya mengikuti kursus bahasa asing yang satu ini tanpa mampu memberikan satu alasan yang jelas mengapa bahasa Inggris itu penting bagi mereka, serupa dengan pameo tentang pentingnya belajar matematika. Anak pun belajar bahasa asing ini hanya karena orang tuanya bilang itu sebagai subyek yang penting. Masih banyak orang tua murid yang beranggapan bahwa bahasa Inggris dapat membuat seseorang sukses dalam hidup, mampu membuat orang mendapat pekerjaan bagus, mampu membuat orang pergi ke luar negeri, dan lainnya. Huh, seandainya saja hidup semudah itu. Lewat tulisan ini, saya menyatakan faktor geografi, komunikasi, akses pada informasi menjadi tiga alasan yang masuk di akal di balik perlunya belajar bahasa Inggris bagi orang Indonesia.

Pertama, Indonesia dikelilingi oleh negara-negara yang kebanyakan penduduknya menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pertama atau kedua. Negara-negara tersebut adalah Singapura, Malaysia, Filipina, Australia, Selandia Baru, dan Papua Nugini. Selain di negara ini, dimana lagi sih ada orang yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu? Bahasa Melayu dan Indonesia memang masih bersaudara tapi belum tentu orang-orang dari Malaysia dan Indonesia saling memahami satu sama lainnya saat berbicara dengan bahasa masing-masing. Yang menguasai bahasa Indonesia di Singapura saja tidak banyak apalagi di Australia, Papua Nugini, atau Filipina. Faktor geografis menjadi alasan pertama mengapa orang Indonesia perlu mempelajari bahasa Inggris. Apabila suatu saat nanti seorang WNI bepergian ke salah satu negara yang disebutkan di atas, bekal pengetahuan bahasa Inggris akan mempermudah orang itu dalam berkomunikasi dengan warga negara setempat. Hal ini juga terjadi di negara Belanda. Di sana, murid-murid pada tingkat SMA memang dianjurkan mempelajari dan menguasai bahasa asing mengingat bahasa Belanda tidak dipakai oleh negara di sekelilingnya. Jerman memakai bahasanya sendiri. Belgia memakai Perancis. Di seberang selat, ada negara Inggris.

Alasan kedua dan paling umum, bahasa Inggris perlu dipelajari karena penggunaan luasnya sebagai bahasa komunikasi Internasional. Agar dapat melakukan komunikasi dengan orang-orang yang berbeda latar belakang budaya dan kenegaraan, bahasa Inggris menjadi pilihan utama yang sering dipakai dalam melakukan komunikasi. Contoh yang mudah dilihat ada di dunia pariwisata. Para wisatawan yang melakukan perjalanan di negara asing lazim menggunakan bahasa Inggris untuk dapat berkomunikasi dengan warga negara asli yang dikunjunginya. Bukan hanya penutur jati bahasa Inggris, wistawan yang tidak menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa ibu juga memilih bahasa Inggris sebagai lingua franca-nya. Orang Jepang yang melancong ke Indonesia, menggunakan bahasa Inggris apabila dia hendak menanyakan sesuatu pada orang pertama yang ditemuinya di jalan. Wisatawan Indonesia yang berjalan-jalan di Paris akan sangat senang sekali apabila bertemu dengan penduduk setempa yang menguasai bahasa Inggris untuk dimintai bantuannya. Juga kecil kemungkinannya ada orang Italia yang berani berwisata ke India tanpa memiliki bekal bahasa Inggris yang memadai. Bahasa Inggris juga menjadi bahasa pengantar resmi dalam dunia transportasi udara dan laut. Pilot pesawat, apapun kewarganegaraanya, dilatih untuk menguasai bahasa Inggris agar dapat berkomunikasi dengan pihak menara pengawas bandara yang menjadi tujuan pesawat yang diterbangkannya. Apakah dia menerbangkan pesawat di Asia atau di Afrika, dia harus berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Begitu pula pihak menara pengawas bandara pun harus mahir berbicara dalam bahasa Inggris, karena pesawat yang mendarat di bandara tidak hanya datang dari satu negara tapi juga manca negara. Tidak bisa dibayangkan rupanya apabila para pilot dan petugas menara pengendali harus menguasai seluruh bahasa di dunia ini. Sama halnya dengan dunia pelayaran, bahasa Inggris adalah bahasa komunikasi resmi. Para petugas pelabuhan yang mengendalikan situasi akan selalu berhadapan dengan kedatangan kapal-kapal asing. Agar komunikasi lancar, petugas dan Syahbandar harus mampu berbicara dalam bahasa Inggris dengan kapal yang mana nahkodanya datang dari Amerika, Rusia, Perancis, Afrika Selatan, Korea, ataupun kepulauan Salomon. Agar urusan pekerjaan lancar, para pelaut dan petugas pelabuhan musti menggunakan satu bahasa yang umum dan netral.

Informasi yang bersikulasi di dunia ini kebanyakan diterbitkan dalam bahasa Inggris. Buku-buku banyak yang diterbitkan dalam bahasa Inggris. Tidak soal siapa yang menerbitkannya, yang pasti untuk memperoleh pasar yang luas banyak penerbit menerbitkan bacaan dalam bahasa Inggris. Majalah besar seperti Newsweek, Time, Vogue, Bazaar, People, Life, National Geographic, MacWorld dll ditulis dan diterbitkan dalam bahasa Inggris. Koran seperti Washington Post, New York Times, Wall Street Journal, dan Sun juga terbit dengan bahasa Inggris. Buku-buku ilmiah pun terbit dalam bahasa Inggris. Apabila ada bahan bacaan yang terbit dalam bahasa non-Inggris, maka terjemahan bahasa Inggris pun pasti langsung dibuat dan dipasarkan. Website populer di dunia internet lebih banyak menggunakan bahasa Inggris sebagai pengantar untuk artikel di dalamnya, lihat saja Yahoo, Google, Wikipedia, Amazon, YouTube, dan Reuters. Acara televisi populer di seluruh dunia–F1, MotoGP, World Cup, Champions, American Idol, 24, CSI, MacGyver, dll–disajikan dengan bahasa pengantar Inggris. Stasiun televisi terkenal di dunia juga disiarkan dalam bahasa Inggris–CNN, BBC, NBC, Discovery, National Geographic, Animal Planet, ESPN, HBO, dan masih banyak lainnya. Jurnal ilmiah yang bersirkulasi di antara universitas elit dunia juga tercetak dalam bahasa Inggris. Bahan referensi yang tersedia di universitas-universitas di Indonesia pun secara tidak langsung mengharuskan mahasiswa untuk memiliki bekal pengetahuan bahasa Inggris. Apapun minat Anda, informasi yang tersedia di sekitar Anda saat ini mensyaratakan pengetahuan bahasa Inggris yang akan sangat membantu dalam menambah pengetahuan dan memperluas wawasan. Ketrampilan bahasa Inggris yang dimiliki seseorang akan menolong dia untuk mengakses hal-hal yang selama ini tidak ada di dalam bacaan-bacaan yang terbit di Indonesia. Karena itu, kemampuan berbahasa Inggris akan memudahkan orang Indonesia untuk mengembangkan wawasan pengetahuannya dengan memberikan akses pada pengetahuan yang ada di luar Indonesia.

Berdasarkan ketiga alasan di atas, pengetahuan bahasa Inggris untuk perkembangan seorang individu di negara Indonesia menjadi suatu hal yang tidak terelakan. Suka tidak suka, subyek yang satu ini menjadi hal yang perlu dipelajari oleh setiap orang Indonesia. Biarpun Anda tidak yakin akan mendapat kesempatan untuk ke keluar negeri, pengetahuan ini tetap diperlukan juga. Minimal, Anda tidak perlu terbengong-bengong ketika menonton siaran berita CNN lantaran tidak ada terjemahan di bagian bawah layar televisi atau bingung saat membaca buku manual penggunaan alat elektronik yang hanya tercetak dalam bahasa Inggris.

http://todoeducare.posterous.com/alasan-di-balik-pentingnya-belajar-bahasa-ing

0 comments: