Selasa, 14 Juni 2011

Pentingkah Kuliah di Perguruan Tinggi?

Mencari ilmu itu wajib bagi muslim dan muslimat. Semua orang Islam tahu hal itu. Dalam agama lain pun tentunya kewajiban mencari ilmu semacam itu berlaku juga. Namun, dalam sebuah blog ada pertanyaan menarik “Apa yang didapat dari universitas?” yang kemudian diterbitkan menjadi sebuah buku. Apa pun isinya, yang jelas jangan berburuk sangka dulu meski kenyataan banyak yang seperti itu. (Terima kasih buat Pak Romi SW).
Hal di atas menarik sekali. Di satu sisi kita dituntut untuk terus mencari ilmu, akan tetapi di sisi lain ada pernyataan bahwa pendidikan (perguruan tinggi) tidak memberikan apa-apa. Ada apa pada pendidikan (perguruan tinggi) sehingga tidak memberikan apa-apa?
Dalam dunia yang bergerak serba cepat seperti saat ini, belajar di sekolah dasar boleh dikatakan sebagai lembaga pendidikan yang paling penting. Di sekolah dasar seorang anak diperkenalkan dengan tulisan dan angka. Meskipun hal itu bisa diberikan oleh orang tua di rumah, namun karena kesibukan orang tua, memberikan pendidikan di rumah oleh orang tua menjadi sesuatu yang mustahil.
Selanjutnya, ketika anak sudah tamat sekolah dasar, bisa saja ia belajar melalui internet atau homeschooling. Akan tetapi sebagai mahluk sosial tentu saja mereka memerlukan kawan. Mereka tidak dapat hidup sendiri. Situs-situs pertemanan tentu tidak cukup untuk menggantikan pergaulan yang sesungguhnya. Setidaknya, pergaulan di sekolah menjadikan seorang anak lebih mengenal dunia yang lebih beragam.
Perguruan tinggi sangat diperlukan untuk menjaga ilmu pengetahuan. Manusia tidak mungkin hidup maju tanpa adanya riset di perguruan tinggi. Orang boleh menguasai pemrograman komputer, namun masih diperlukan orang-orang yang melakukan penelitian dalam menciptakan komputer yang lebih canggih lagi. Untuk kehidupan di masa mendatang, orang tidak cukup hanya mengandalkan komputer yang ada sekarang.
Orang boleh saja saat ini telah mampu membuat berbagai mesin yang ekonomis. Namun di masa mendatang orang masih harus menciptakan mesin-mesin fantastis yang saat ini masih ada dalam fantasi anak-anak muda. Untuk menciptakan fantasi itu menjadi kenyataan, tentu dibutuhkan riset yang mendalam. Peneliti independen mungkin melakukannya, namun karena diperlukan dana yang besar dan kolaborasi, maka hanya perguruan-perguruan tinggi saja yang mungkin melakukannya.
Pada sisi lain, orang bisa saja mendapatkan banyak informasi dari internet, namun akan tetap diperlukan orang-orang yang mengisi informasi di internet itu dengan informasi-informasi yang selalu diperbaharui. Mungkin saja orang-orang secara pribadi mengisinya dengan informasi-informasi terbaru. Namun untuk informasi yang berupa hasil penelitian, kemungkinan besarnya hanya dapat dilakukan oleh perguruan tinggi.
Apa arti semua itu?
Artinya, perguruan tinggi tetap diperlukan.
Lalu, bagaimana dengan sarjana lulusan perguruan tingginya?
Di sinilah letak permasalahan mengapa perguruan tinggi saat ini banyak tidak dipercaya oleh masyarakt/pasaran kerja. Tidak mungkin kita menutup mata, betapa banyaknya generasi muda dan bahkan orang-orang tua yang sekadar mencari gelar tanpa mengimbanginya dengan kemampuan akademiknya. Banyak juga generasi muda yang kuliah hanya sekadar mencari nilai (indeks prestasi). Celakanya banyak pula perguruan tinggi yang melacurkan fungsi akademisnya dengan mengobral nilai untuk mahasiswanya. Maksudnya, asalkan seseorang itu terdaftar sebagai mahasiswa, meskipun kemampuan akademisnya memprihatinkan, mereka akan mendapatkan nilai yang memuaskan.
Pernah terbaca di internet, seseorang menuliskan bahwa sebuah perguruan tinggi mengharuskan dosen memberi nilai minimal C untuk mahasiswanya. Tidak boleh memberi kurang dari itu. Padahal ketika diuji kemampuannya, kemampuan mahasiswa itu tidak berbeda dibanding kemampuan anak-anak SMA. Alasannya demi akreditasi. Memprihatinkan, bukan?
Namun perlu diingat, tidak semua perguruan tinggi seperti itu. Ada juga, bahkan masih cukup banyak perguruan tinggi yang menjunjung tinggi norma akademis sehingga tidak akan memberikan nilai yang tidak sesuai dengan kemampuan mahasiswanya. Tidak mengherankan pada perguruan tinggi kelompok ini, akan sulit bagi mahasiswanya untuk mendapatkan nilai tinggi apalagi meraih gelar cum laude. Padahal di beberapa perguruan tinggi, predikat cum laude ini amat mudah diperolah.
Ketika terjun di masyarakat – di lapangan kerja – barulah terlihat buktinya. Ada sarjana dengan nilai tinggi, namun tampak mereka canggung menghadapi perkerjaan yang menjadi tanggungjawabnya. Di sisi lain, banyak sarjana yang ber-IP rendah, namun begitu terampil dalam menghadapi pekerjaannya. Celakanya lagi, mahasiswa dari perguruan tinggi yang banyak menghasilkan sarjana cun laude itu, lebih banyak yang berhasil menduduki posisi sebagai pegawai negeri. Akibatnya berbagai kebijakan aparatur negara seringkali tidak sesuai dengan harapan masyarakat.
Yang lebih menggelisahkan adalah kenyataan bahwa perguruan tinggi membuat aturan batas minimal IP sarjana yang ingin melanjutkan kuliah di S2 ataupun S3 sebelum diberikan tes. Apalagi ini sering menjadi persyaratan mendapatkan beasiswa ikatan dinas. Tentu ini sangat merugikan bagi mahasiswa berprestasi yang kuliah di perguruan tinggi yang pelit dengan nilai. Kiranya perlu diperbaiki persyaratan nilai lulusan perguruan tinggi yang mau melanjutkan kuliah di S2 atau S3. Kita tahu, di perguran tinggi tidak memberlakukan ujian yang berlaku di seluruh perguruan tinggi secara nasional seperti halnya ujian nasional bagi anak sekolah. Perguruan tinggi mempunya standar yang berbeda-beda dalam memberikan nilai.
Setelah banyak mendiskuruskan masalah ini, saya akan mengakhiri tulisan ini dengan sebuah pernyataan, “Kuliah, bagaimanapun tetap penting. Tak tercipta ilmuwan modern dari luar perguruan tinggi”.
Marilah kita ke perguruan tinggi. Akan tetapi, pilihlah perguruan tinggi yang baik agar mampu membangun bangsa ini dengan lebih baik. Jangan rusak negeri ini dengan IP yang tinggi tapi kualitas rendah.
Bagaimana? Bersiaplah memilih perguruan tingi terbaik.
Universitas Islam Indonesia, penyelenggara lomba blog ini, tentu dapat menjadi alternatif di antara perguruan-perguruan tinggi terbaik di negeri ini. Setidaknya, bertahannya kampus ini selama bertahun-tahun semenjak didirikan membuktikan bahwa perguruan tinggi ini bukanlah perguruan tinggi “abal-abal”.

sumber: http://willyedi.wordpress.com/2010/02/22/pentingkah-kuliah-di-perguruan-tinggi/

0 comments: