Liputan6.com, Jakarta: Ujian Nasional kini merupakan penentu nasib para siswa. Rasa stres menghinggapi siswa ketika dihadapkan pada lembar soal. Ketegangan memuncak saat siswa melihat hasil ujian. Satu persatu nama diteliti di papan pengumuman. Ketegangan terbayar, ketika mereka akhirnya dinyatakan lulus ujian.
Luapan bahagia diekspresikan dengan aksi coret-coret, yang sepertinya sudah menjadi ritual tahunan. Di Bali, untuk menghindari luapan kegembiraan berlebihan, para pelajar diharuskan memakai pakaian adat dan sembahyang untuk bersyukur.
Namun sayangnya, tidak semua merasakan kegembiraan itu. Di sudut kelas lain, terdapat pemandangan sebaliknya. Beberapa siswa menangis histeris. Ya, mereka adalah siswa yang gagal ujian. Mungkin bagi mereka, dunia seakan runtuh. Sebagian menangis histeris, ada pula yang mengeluarkan amarah pada guru dan sekolah mereka, bahkan beberapa siswa sampai nekat bunuh diri. Ya, gagal ujian memang peristiwa yang sangat membuat terpukul.
Mungkin itulah yang menyebabkan sebagian kalangan mencari jalan pintas. Apapun dilakukan demi melanjutkan pendidikan, dan demi mendapatkan ijazah. Salah satunya dengan membuat ijazah palsu. Memang kecurangan seperti ini sudah bukan barang baru. Beberapa tahun lalu tim Sigi SCTV pernah menelusuri jasa pembuatan ijazah di salah satu sentra penyewaan komputer di Jakarta.
Di sebuah kios rental komputer, dengan mudah kami memesan ijazah S1. Setelah sepakat membayar uang muka sebesar Rp 1.000.000, dengan sigap sang pemalsu langsung beraksi membuat ijazah asli tapi palsu, alias aspal. Kini, dengan pesatnya perkembangan teknologi, modus para pemalsu ijazah pun makin canggih, para pemalsu tak malu-malu mengiklankan diri di dunia maya.
Untuk lebih meyakinkan calon pelanggannya, mereka memberikan contoh ijazah palsu yang pernah dibuat di iklannya. Ijazah SMP, SMA, S1, bahkan S2 mereka jajakan di dunia maya dengan berani. Asal ada uang, gelar sarjana bahkan master, bisa "digenggam" dalam sekejap. Tak lupa, pemalsu mencantumkan nomor telepon di situsnya. Tetapi pemalsu ijazah biasanya hanya mau berkomunikasi melalui pesan singkat, atau SMS saja.
Untuk memastikan cara kerja pemalsu ijazah, Tim Sigi menemui anggota sindikat dengan berpura-pura membutuhkan ijazah SMA untuk keperluan lamaran kerja. Untuk membuat selembar ijazah SMA, harga dibanderol Rp 4.000.000, dengan blangko ijazah dijamin keasliannya. Dalam waktu hanya dua hari, ijazah aspal dinyatakan selesai dan siap diambil.
Parahnya lagi, pembuatan ijazah palsu ini, biasanya justru dibantu oleh orang dalam, yakni guru atau staf administrasi sekolah sendiri. Tiga tahun lalu, tim Sigi mendapati seorang kepala sekolah yang turun langsung terlibat membuat ijazah palsu. Ijazah palsu yang didapatkan pun ternyata memiliki blangko asli yang dikeluarkan dinas pendidikan terkait.
Penelusuran kami lanjutkan ke sebuah pusat belanja di Jakarta Pusat, menemui salah seorang penulis indah, yang biasa menulis ijazah dan sertifikat. Namun modusnya sedikit berbeda, ia hanya bisa membantu membuatkan ijazah palsu berbentuk fotokopi, bukan berupa blangko ijazah asli. Menurutnya, modus ini lebih aman, karena tidak bisa dideteksi keasliannya.
Biayanya pun lebih murah, untuk mendapatkan fotokopi ijazah yang sudah dilegalisir, paling mahal Rp 1.000.000.Modus lain yang kini digunakan adalah dengan ijasah yang dikeluarkan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), sebuah lembaga pengajaran kelompok belajar paket A hingga C. Tim Sigi menemukan salah satu sentra PKBM yang mengaku menyimpan blangko ijazah asli.
Pengguna ijazah palsu ternyata bukan hanya siswa atau pelajar yang tidak lulus. Di Sragen, Jawa Tengah, Peringatan Hari Pendidikan Nasional 2 Mei lalu diwarnai aksi unjuk rasa yang berakhir dengan kericuhan. Penyebabnya apalagi kalau bukan tuduhan warga terhadap bupatinya yang diduga menggunakan ijazah palsu.
Sampai kemarin, unjuk rasa tersebut masih berlangsung, bahkan cenderung anarkis karena melakukan pengrusakan, pembakaran ban bekas, dan menyerang polisi yang berjaga di depan Kantor Bupati. Tetapi tuduhan penggunaan ijazah palsu ditampik oleh sang bupati.
Unjuk rasa serupa juga terjadi di Polres Paser, Tanah Grogot, Kalimantan Timur yang menuntut penuntasan kasus dugaan ijazah palsu milik Bupati Paser, Ridwan Suwidi, yang berencana maju kembali dalam Pilkada. Tudingan ijazah berawal dari informasi yang LSM jaringan pemantau independen yang mencurigai keabsahan ijazah sang bupati yang akan maju kembali dalam pilkada.
Informasi ini ditindaklanjuti polisi dengan menggerebek sebuah rumah di pinggiran Kota Balikpapan, Kalimantan Timur. Dari rumah milik Gimin, sindikat pembuat ijazah palsu diringkus polisi. Polisi juga menemukan beberapa lembar ijazah palsu yang siap diberikan pada konsumennya. Mengejutkan, dari beberapa ijazah yang ditemukan, terdapat ijazah milik sang Bupati Ridwan Suwidi.
Sang pemilik rumah dan pemalsu ijazah digelandang ke kantor polisi. Tim sigi sempat mendatangi kawasan Tanah Grogot, yang berjarak tiga jam perjalanan dari Balikpapan. Namun sang bupati menolak memberikan keterangan.
Di luar itu, beberapa kilometer diluar pusat Kota Balikpapan, Tim Sigi masih mendapat informasi yang mengindikasikan masih aktifnya sindikat jual beli ijazah. Diduga ijazah yang dipalsukan berasal dari ijasah yang dikeluarkan PKBM sebuah lembaga pengajaran kelompok belajar paket A hingga C. Tetapi Ketua Forum PKBM Balikpapan membantahnya.
Bantahan boleh saja dilakukan, namun kenyataannya kegiatan pemalsuan ijazah tampak sulit dihentikan. Penangkapan para tersangka oleh polisi, ternyata tidak memberikan efek jera. Modus-modus baru justru bermunculan, dan bahkan dimanfaatkan oleh banyak pejabat yang seharusnya dapat memberikan panutan pada masyarakat.
0 comments:
Posting Komentar