Selasa, 14 Juni 2011

Pilih Kuliah di Luar Negeri atau Dalam Negeri

POTENSIAL, Australian Education Center (AEC) menilai Indonesia merupakan pasar potensial bagi lembaga pendidikan di Negeri Kanguru itu. Selain melalui jalur reguler, Pemerintah Australia juga menyediakan beasiswa untuk jenjang pendidikan S-1 dan S-2 bagi mahasiswa asing.

PELAJARIndonesia tidak perlu khawatir jika ingin melanjutkan kuliah di luar negeri.Banyak lembaga non-profit asing yang memberikan bantuan untuk mewujudkan keinginan itu.

Lembaga-lembaga itu umumnya berada di kota-kota besar di Indonesia, seperti Jakarta dan Surabaya. Biasanya, mereka adalah perpanjangan tangan dari pemerintah masing-masing negara yang menawarkan sekolah bagi pelajar Indonesia. Beberapa contohnya adalah Australian Education Centre (AEC) yang merupakan perwakilan dari Pemerintah Australia.

Lalu ada Netherlands Education Support Office (NESO) untuk Belanda, British Council (BC) untuk Inggris dan Educational Advising Service (EAS) untuk Amerika Serikat (AS). Banyaknya lembaga itu,tidak bisa dimungkiri menunjukkan Indonesia mendapatkan perhatian lebih dari dunia internasional.

Salah satunya karena Indonesia adalah pasar potensial bagi negara-negara itu untuk mendapatkan pemasukan dari sektor pendidikan. Berdasarkan data dari Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), lulusan SMA tahun ajaran 2006/2007 berjumlah 1.076.154.Jumlah ini tentu jumlah yang luar biasa.

“Harus diakui, pertimbangan Indonesia sebagai pasar memang ada.Tetapi, itu bukan menjadi satu-satunya alasan utama,” kata Irene Pingkan Umboh,Manajer AEC Jakarta. Berdasarkan data AEC, pada tahun ajaran 2006/2007, AEC telah membantu keberangkatan 5.500 mahasiswa (S-1 dan S-2) ke Australia.

Sampai saat ini,menurut Irene, ada sekitar 15.000 mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Australia. “Rata-rata per tahun sekitar 5.000 orang yang berangkat kuliah di Australia,” kata Irene yang alumnus Blue Mountain Hotel School Australia ini. Irene mengungkapkan, peningkatan kerja sama dan hubungan antarkedua negara di bidang pendidikan sebagai tujuan utama mereka.

Tujuan lainnya adalah membantu para pelajar Indonesia mendapatkan kesempatan memperoleh pendidikan berkualitas di luar negeri. “Fakta bahwa Indonesia harus meningkatkan kualitas pendidikan itu ada dan harus diakui,”lanjutnya.

Australia, ungkap Irene, bisa mengambil peran dalam bidang itu.Terlebih, secara geografis, letak Australia berdekatan dengan Indonesia. Malah, banyak yang menyebut Australia sebagai tetangga belakang halaman Indonesia.

“Faktor ini pula yang membuat mengapa hubungan dan kerja sama yang baik antar kedua negara ini makin penting,”tuturnya. Selain faktor pasar dan peningkatan kerja sama, ada juga faktor sejarah seperti yang ada pada NESO.

“Indonesia dan Belanda kan punya sejarah sejak zaman kolonial dulu. Saya kira itu salah satu alasan mengapa Indonesia adalah negara pertama di mana ada lembaga non-profit bidang pendidikan Belanda,” kata Liza Marsin, Education Promotion Manager NESO Indonesia. Selain di Indonesia, NESO juga ada di lima negara lain, antara lain di China dan Vietnam.

Pusat Informasi dan Konsultasi

LEMBAGA-lembaga non-profit itu punya tugas utama menjembatani antara pelajar Indonesia dan universitas-universitas yang bakal jadi tempat tujuan studi mereka.

Mereka menyediakan semua informasi yang diperlukan bagi pelajar Indonesia yang hendak melanjutkan studi di luar negeri.“Jadi,orangorang Indonesia tidak perlu susah-susah datang ke luar negeri hanya untuk mendapatkan informasi.Cukup datang ke kami saja,”tutur Liza.

Hampir semua informasi soal perguruan tinggi di negara tujuan ada di lembaga non-profit itu. Mulai brosur, leaflet, hingga form aplikasi. Semua informasi itu selalu diperbaharui sehingga tidak ada perbedaan antara informasi yang diberikan langsung oleh universitas dengan informasi yang diberikan oleh lembaga-lembaga non-profit itu.

Selain sebagai pusat informasi, lembaga non-profit itu juga memberikan konsultasi pada pelajar Indonesia yang ingin melanjutkan studi ke luar negeri.Semua lembaga-lembaga itu punya penasihat yang akan memberikan bimbingan dan panduan mengenai apa yang harus dipersiapkan dan dilakukan jika ingin bersekolah di masing-masing negara.

Konsultasi itu gratis alias tidak dipungut biaya sama sekali. “Konsultasi itu terbuka bagi siap saja yang berminat melanjutkan sekolah ke luar negeri,”sambung Liza. EAS misalnya,menyediakan konsultasi perorangan dengan janji bagi yang tertarik untuk melanjutkan studi di AS.

Setiap kantor EAS mempunyai penasihat yang akan memberikan informasi tentang kesempatan belajar di perguruan tinggi di AS. Penasihat tersebut akan membantu siswa menentukan tujuan pendidikan dan bidang studi yang menarik buat mereka. Peran sedikit berbeda diambil oleh BC Indonesia.

BC Indonesia memberikan konsultasi via e-mailkepada para pelajar Indonesia yang tertarik belajar di Inggris. Namun, jika ingin mendapatkan informasi yang lebih detail, BC Indonesia akan mempertemukan para pelajar Indonesia dengan perwakilan perguruan tinggi di Inggris. Hampir setahun sekali BC Indonesia menggelar pameran rutin pendidikan Inggris.

Administrator Beasiswa

LEMBAGA pendidikan non-profit luar negeri memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh konsultan pendidikan biasa.

Lembaga ini sering kali juga bertindak sebagai administrator beasiswa yang diberikan oleh pemerintah asal masing-masing lembaga itu. Manajer British Council (BC) Indonesia, Gusni Puspitasari mengatakan, saat ini BC adalah administrator bagi Chevening Scholarship milik pemerintah Inggris. “Kami yang mengurus soal beasiswa ini,” katanya.

Gusni menjelaskan, tujuan dari beasiswa yang disediakan oleh pemerintah Inggris ini adalah memberikan kesempatan bagi para generasi muda yang memiliki jiwa kepemimpinan dan memiliki kepedulian sosial yang tinggi untuk meraih gelar master sesuai minat mereka. Denganitu, diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan negara asal mereka.

Begitu juga dengan Netherlands Education Support Office (NESO) yang menjadi administrator program beasiswa StuNed milik pemerintah Belanda. Beasiswa ini diprioritaskan bagi staf pemerintah (pusat dan daerah), aktivis LSM, staf pengajar di perguruan tinggi, juga para wartawan.

Ariono Hadipuro, Education Promotion NESO menjelaskan, pemberian beasiswa ini adalah salah satu bentuk hubungan Belanda-Indonesia, sehingga program beasiswa ini sering diselaraskan dengan titik berat pembangunan di Indonesia. Setiap tahunnya, ada sekitar 150–200 beasiswa StuNed ditawarkan di Indonesia.

“Sebenarnya, program beasiswa ini adalah bantuan pemerintah Belanda. Tetapi, tidak diberikan dalam bentuk uang, melainkan beasiswa karena dinilai lebih memberikan manfaat daripada dalam bentuk uang. Makanya, para penerima beasiswa ini diminta mengaplikasikan ilmunya untuk membangun masyarakat saat mereka kembali,” tukasnya.

Begitu juga dengan Educational Advising Service (EAS). Lembaga ini adalah administrator beasiswa Fulbright. Beasiswa yang digagas oleh senator asal Arkansas, J William Fulbright ini telah banyak memberikan kesempatan pada banyak pelajar di negara-negara di luar Amerika Serikat (AS) untuk belajar di sana. Begitu terkenalnya beasiswa yang sudah berusia 60 tahun ini, sampai muncul istilah “Fulbright Experience”.

Sebuah pengalaman baru yaitu ketika penerima beasiswa Fulbright banyak mendapatkan pengetahuan dan pengalaman selama kuliah di AS dan juga ketika kembali untuk menerapkan ilmu mereka. Sedangkan Australian Education Centre (AEC) juga berperan sebagai administrator bagi beasiswa AusAid milik pemerintah Australia .

Untuk lima tahun ke depan, sejak 2006 lalu, melalui beasiswa ini, pemerintah Australia memberikan kesempatan pada 9.200 mahasiswa dari hampir seluruh dunia untuk mendapatkan beasiswa ini dan melanjutkan kuliah di negeri Kanguru itu. (Helmi Firdaus)

Source: http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/halaman-utama/pilih-kuliah-di-luar-negeri-atau-dalam-n-2.html

0 comments: